Burger with Chicken Patty

Memiliki empat anak dengan berbagai keinginan dalam hal makanan tuh kadang repot juga. Tapi bagaimanapun harus diusahakan untuk dipenuhi semuanya.

Bungsu tidak begitu suka bekal sekolah yang manis semisal cake, bolu, dan kue-kue manis lainnya. Dia lebih suka makanan yang rasanya gurih semisal resoles, burger, hotdog dll.

Kali ini pengen bawain anak-anak dengan bekal burger. Tapi burger kali ini beda dengan burger sebelum-sebelumnya. Kalo biasanya diisi burger sapi tipis beli jadi, kali ini mencoba bikin patty daging ayam. Bikinnya gampang panget.

Chicken Patty

Bahan :

  • Separoh dada ayam dengan kulit
  • Bawang halus secukupnya
  • 2 sdm tepung roti/pangko
  • 1 butir telur
  • Garam secukupnya
  • Lada putih secukupnya
  • Penyedap rasa jika suka

Cara :

  1. Dada ayam dan kulit dihaluskan
Advertisement

Berhemat di Dapur

“Bu, beli cabe rawit 3rb boleh tak?” tanyaku ragu.
“Yo oleh ae seh, Nak” jawab ibu penjual sambil mengambil salah satu biji timbangan. Lalu dia menimbangkan cabe rawit untukku.

Aku melongo. Kupikir aku bakalan dapat sejumput dua jumput cabe untuk harga 3rb tadi. Ternyata perlu ditimbang segala. Cabenya ayu-ayu pula, koyok sing tuku. Selama ini klo beli cabe pasti nyebut kuantitas. Gabung sama belanjaan lain, totalnya jadi sekian. Jadi nggak pernah tahu harga per itemnya.

“Cabe merahnya 5rb, ya Bu” aku makin percaya diri menyebut rupiah daripada kuantitas.
Kembali ibu itu mengambil salah satu biji timbangan. 5rb dapat lumayan banyak ternyata. Cukuplah buat seminggu. Seringnya cabe di rumah terbuang percuma karena rusak kelamaan ngendon di kulkas. Makanya beli secukupnya saja. Toh pasar kaget cuman sepelemparan tombak dari rumah.

“Paprikanya berapa, Bu?”
“Yang besar 4rb, yang kecil seribu”
“Saya ambil semua, ya Bu”
“Semua, Nak?” tanyanya rada nggak percaya.

Paprika adalah alasan kenapa aku tiap weekend selalu belanja di ibu itu. Biasanya dia bawa paprika dan harganya murah banget. Mungkin paprika reject karena biasanya klo nggak ukurannya yang kecil, atau kulitnya nggak semulus yang dijual di supermarket. Tapi bagaimana pun ukuran dan penampakannya, paprika tetaplah berasa paprika. So kenapa beli yang mahal klo yang murah ada? Seneng banget klo ada stok paprika karena aku suka bikin masakan oriental dan pizza.

Klo di pasar tradisional tersedia bahan-bahan makanan selengkap di supermarket, rasanya sayang banget buat belanja di supermarket. Harganya sudah pasti jauh lebih murah di pasar tradisional. Sekali belanja di pasar tradisional, paling banter habis 250rb sudah bisa untuk stok selama seminggu dengan jumlah anggota keluarga sebanyak 5 orang. Tidak termasuk beras, gula dan telur loh ya. Aku termasuk boros untuk telur dan gula karena sering bikin kue.

Lalu, apakah dengan belanja segitu cuman bisa menyajikan menu-menu yang sangat-sangat sederhana? Nggak juga. Pintar-pintarnya kita dalam menyusun menu saja. Kalo aku biasanya tiap hari berselang seling antara menu sederhana dan menu yang bikin anak-anak berseru “wow!!!”. Alhamdulillah anak-anak tetap enjoy dengan menu-menu yang kusajikan tiap hari.

***

Dian W for Fluffy Sensations

Jelang malam, December 9th, 2018

Bolu Keju

Rasanya udah lama banget nggak bikin kue. Akhirnya nemu resep sederhana ini di facebook, di sebuah fanpage yang berisi aneka resep. Karena gampang dan semua bahan ada, maka langsung dieksekusi.

Resep Bolu Keju

Bahan :

  • 2 butir telur
  • 6 sdm gula
  • 6 sdm tepung terigu
  • 6 sdm mentega dicairkan
  • 1 sdm tepung maizena
  • 1 sdr SP
  • 1/2 sdt vanili
  • 1 sachet skm
  • 50 gr keju cheddar parut
  • Olesan loyang

Cara :

  1. Kocok telur, vanili, gula, skm hingga mengembang
  2. Masukkan tepung terigu dan maizena, aduk dengan spatula hingga rata
  3. Masukkan keju parut dan aduk rata
  4. Masukkan mentega cair dan aduk rata
  5. Masukkan adonan ke dalam loyang
  6. Kukus selama 25-30 menit dengan api sedang
  7. Setelah matang, beri toping keju parut di atasnya
  8. Iris sesuai selera
  9. Bolu keju siap dihidangkan

Selamat mencoba.

***

Dian Widyaningtyas for Fluffy Sensations

Early dawn, December 9th, 2018

Antara Aku, Kris, dan Baju Baru

Jelang lebaran kemarin seperti biasa, sebagai seorang ASN alias PNS aku mendapat THR untuk memenuhi kebutuhan lebaran. Baju baru salah satunya. Sebenarnya bukan sebuah kebutuhan sih, tapi namanya anak-anak, udah pada nanyain kapan beli baju baru. Seru juga mereka saat memilih-milih baju. Perlu dua kali balik ke depstore gara-gara it takes time to get what they want with budgeted price. Apalagi kami perginya usai sholat taraweh, jadi waktunya pendek sebelum depstorenya tutup.

Di tengah mereka milih baju, sulung nanyain “Mama nggak beli baju baru?” Hm….mamanya berpikir sejenak sambil melihat-lihat ke deretan baju-baju gamis. Beli tak ya? Tapi di rumah masih banyak baju formal layak pakai. Lagi pula jarang-jarang menghadiri acara resmi, which means kalo beli baju baru paling-paling bakalan dipake sekali dua kali. Akhirnya mamanya urung beli.

Malam hari sebelum mudik, aku and the girls ke Ace Hardware untuk membeli makanan si Bengals sebelum mereka dititipin ke pet care. Nah disitu aku melihat oven toaster sedang didiskon. Harga setelah diskon menjadi 250 ribu rupiah. Kebetulan aku sedang mencari pengganti oven toaster di rumah yang sudah lama rusak. Sebelumnya aku pake merk Maspion. Pake merk ini karena waktu itu harganya paling murah. Fiturnya minim sih, cuman ada timer aja tanpa tombol pengatur suhu karena memang fungsi yang dibutuhkan hanya untuk memanaskan lauk saja. Oven toaster Maspion sudah kupake lebih dari 5 tahun sebelum akhirnya rusak dan tak bisa kuperbaiki. Awet kan.

Sebelumnya ada 2 kandidat oven toaster yang melintas di pikiran, yaitu Maspion lagi atau Kirin. Harga oven toaster Maspion kisaran 220k sedangkan oven Kirin kisaran 290K. Lebih mahal Kirin emang, tapi Kirin kapasitasnya lebih gede dan ada fitur pengatur suhunya. Yang jadi pertanyaan, do I really need that feature? Tapi begitu lihat fisik oven toaster di Ace Hardware, apalagi warnanya putih, dan harganya di kisaran 250K karena lagi diskon, aku langsung jatuh hati. Speknya juga bagusan yg di Ace Hardware daripada Kirin.

Ada beberapa fitur pada oven toaster keluaran Ace Hardware, antara lain :

  • Kapasitas 10 liter, ini jauh lebih besar dibanding Maspion yang ukuran bodynya cuman separohnya.

  • Adjustable temperature 90 dercel – 230 dercek, fitur ini yang tidak ada di merk Maspion

  • 2x Quartz heating elements, fitur ini sama dengan Maspion

  • Upper, lower, and both sided heating, kalau di Maspion hanya ada upper dan lower heating saja

  • 30 minutes timer, di Maspion timernya cuman 15 menit saja

  • Grill rack, load tray, crumb tray, ini juga ada di oven toaster Maspion. Malahan kalo di Maspion traynya model retractable. Jadi saat pintu oven dibuka, traynya ketarik keluar sehingga tangan kita bisa terhindar nyenggol body oven bagian dalam yang masih sangat panas

  • 220-240V/50Hz 700 watt, kalo di Maspion cuman 500 watt.

Test drive pertama buat manasin whole chicken kremes yang baru keluar dari freezer, membutuhkan waktu 20 menit dengan suhu 180 dercel. Result is hot till to the bone. Test selanjutnya mungkin akan aku pake buat bikin muffin walo keknya cuman muat untuk 4 pcs aja. Semoga kitchen gadget yang satu ini akan awet karena bakalan sering kepake.

***

Dian W for Fluffy Sensations

Home sweet home, June 8th, 2018

Food Preparation

Setiap keluarga pasti akan memikirkan food preparation agar kebutuhan makan anggota keluarga bisa terpenuhi dengan baik. Selama ini di kami juga demikian. Sebagai working mom dengan empat anak, dan tanpa khadimat, tentu saja urusan pasokan makanan harus dipikirkan dengan cermat dan cerdas agar efisien. Tapi kadang kita menghadapi kenyataan bahwa apa yang sudah kita lakukan itu hasilnya masih belum memuaskan. Disitulah harus mulai dipikirkan untuk improve food preparation kita agar lebih baik.

Mulai deh nyari-nyari referensi bagaimana caranya arrange food preparation yang lebih baik lagi. Banyak dapat referensi dari youtube. Intinya sih akan lebih efisien jika kita udah mempersiapkan bahan-bahan untuk menu harian, dengan sedetil-detilnya. Selama ini yang jadi perhatian hanya bahan utama saja. Jadi kalo misalnya besok mau masak sayur lodeh, ya cuman sayurnya aja yang dipersiapkan, bumbunya dibikin dadakan. Padahal nyiapin bawang merah, bawang putih dan lain-lainnya juga makan waktu.

Food Preparation

Akhirnya sekarang mulai dirubah kebiasaannya. Tiap kali habis belanja, sebelum disimpan dalam deep freezer, sudah harus dibungkusin kecil-kecil untuk seporsi masak. Bumbunya juga demikian, langsung dipersiapkan sekalian, baik dalam bentuk utuh untuk nanti diblender atau dalam bentuk rajangan, kemudian dibekukan. So far beberapa hari ini cara tersebut bisa menghemat waktu.

Satu hal lagi yang pengen dihemat waktunya adalah rutunitas bikin kue. Selama ini perlu waktu antara 15 –  30 menit untuk bikin kue. Sekarang sedang uji coba, bikin kue secara maraton di hari libur, dengan jenis kue yang bermacam-macam, untuk kemudian dibekukan. Jadi nanti kalo kue tersebut mau dibawa ke sekolah untuk bekal, tinggal ngeluarin dari freezer.  Ntar kita lihat beberapa hari kedepan, apakah kue tersebut tetap memiliki cita rasa yang sama dengan versi fresh from the ovennya, ketika dikeluarin dari freezer.

Into the depth

Oya…tadi di atas ada disebut deep freezer. Deep freezer itu nama lain dari chest freezer, freezer bukaan atas yang biasanya digunakan untuk jualan es krim dan frozen food. Aku lebih memilih menggunaka deep freezer untuk food preparation daripada kulkas yang umum dipake orang lain. Ntar deh dijelasin alasannya.

So, let’s wait about a couple of days for that frozen cakes to be tested…

***

Dian Widyaningtyas for Fluffy Sensations

Friday, July 7th, 2017

Mini Donut with Donut Maker

Ini ceritanya oven gas masih dalam keadaan error. Makanya bikin cemilannya dipilih yang tanpa menggunakan oven. Ada sih oven listrik, tapi sejak pake oven gas rasanya oven listrik kurang nendang lagi panasnya. Berasa lamaaaa banget matengnya kalo dipake ngoven kue. Setelah mikir-mikir antara aneka pan, panci kukus, cetakan kue tradisional, donut maker, akhirnya pilihan jatuh pada donut maker. Ini cemilan kesukaan si Bungsu karena bentuknya yang imut-imut.

img_20161129_051429

Bikin donut mini ini gampang banget karena nggak pake adonan roti seperti donut-donut yang biasanya dijual itu. Nggak perlu kneading segala. Tinggal campur jadi satu bahan-bahannya, trus langsung dicetak. Adonan donut mini tampilannya agak encer karena nanti harus bisa dituang ke dalam cetakan donut maker. Hampir mirip adonan untuk waffle ataupun terang bulan. Kalo punya banyak anak, bikin cemilan pun kudu dalam jumlah banyak. Klo enggak, masing-masing anak bakalan dapat jatah sedikit dan pada akhirnya mereka bakalan nggak puas. Nah resep mini donut ini cocok deh karena bias jadi banyak.

Mini Donut Recipe

Ingredient :

  • 1 cup tepung terigu serbaguna (aku pake Segitiga Biru)
  • ½ cup gula pasir
  • 1 sdm baking powder
  • 1 butir telur
  • ½ cup susu
  • ½ sdt vanilla
  • 4 sdm minyak goreng

Directions :

  • Campur semua bahan kering, sisihkan
  • Kocok telur kemudian tambahkan kedalam susu, tambahkan minyak goreng
  • Siapkan donut maker, beri sedikit mentega (di awal saja) untuk menghindari lengket
  • Masukkan bahan cair kedalam bahan kering, aduk menggunakan mixer selama 1 menit.
  • Adonan siap dicetak dengan menggunakan donut maker.

Topping :

Untuk topping terserah selera saja. Demi kepraktisan, aku hanya menggunakan gula halus yang ditabur diatas donut tersebut. Bisa juga dengan menggunakan coklat aneka warna yang dilelehkan trus ditaburi sprinkle diaatasnya.

img_20161129_053642

IMG_20161129_055834.jpg

Yang ada dalam foto tersebut aku bikin tiga resep. Entah berapa batch masuk ke donut maker. Yang jelas jadinya buanyak, nggak sempat ngitungin. Itu pun anak-anak udah bolak-balik clemat-clemut ngambil donutnya. Donut maker ini menggunakan daya 700 watt, jadi cepet banget matengnya. Begitu aku tuang adonan ke dalam cetakan, aku tinggal nyiapin piring buat sarapan anak-anak, pas aku cek kembali eh udah mateng aja tuh donut.

Selamat mencoba. Dengan topping yang menarik pasti anak-anak lebih suka.

***

Dian Widyaningtyas for Fluffy Sensations

Afternoon, at the office, November 29, 2016

 

I’ve Been Away too Long

Yep…surely I can never leave it. I’m just trying to find a way so it doesn’t hurt me so much  when I get back to my online business. This online business always reminds me of belahan jiwa. That’s why it hurts me so much to get back to it.

October 11, 2015…that’s the last time I wrote on this blog. Udah setahun lebih ternyata. We never realized how time flies so fast. And suddenly we’re end up with nothing. Betapa meruginya….

where-did-the-time-go

Memang ya, untuk hobiku yang satu ini, yaitu menulis, sering dikalahkan oleh kegiatan lain yang aku pikir lebih urgent untuk dilakukan. Atau kalau pun sedang tidak sibuk, hobi tersebut lebih sering dikalahkan oleh rasa malas. Padahal materi untuk blog ini banyak, baking jalan terus, tapi ya itu tadi….sok sibuk dan malesnya nggak ketulungan.

And…..untuk menghindari wasting time, end up with nothing, etc…etc….mulai diniatin rajin nulis lagi deh, baik di blog ini yang khusus posting tentang hobi bakingku, maupun di blog-blogku yang lain. Anyway busway….ada yang ngasih wacana untuk menghidupkan kembali bisnis onlineku. Yep…surely I can never leave it. I’m just trying to find a way so it doesn’t hurt me so much  when I get back to my online business. This online business always reminds me of belahan jiwa. That’s why it hurts me so much to get back to it. But I’ll know when I’ll be ready for it.

***

Dian Widyaningtyas for Fluffy Sensations

Sunday afternoon, November 27, 2016

Pict was taken from Google

Cokelat Yang Tak Cokelat

Sepertinya aku mulai dijangkiti syndrom yang aneh. Dan aku tidak menyadari mulai kapan syindrom tersebut menyerangku. Anehnya pula, aku sangat tidak keberatan dengan syndrom tersebut, bahkan ada rasa hm….entahlah tak bisa kuungkap dengan kata-kata saat ini. Lebay ah… Bukan apa-apa, aku tak bisa menemukan istilah yang tepat untuk menggambarkan apa yang kurasakan sedangkan di sisi lain, kenginan untuk nulis tiba-tiba saja membuncah begitu derasnya. Jadi daripada nulisnya terhambat hanya gara-gara mencari istilah yang tepat tadi, mending aku nyerocos eh lanjut nulis aja hehehe.

Aku sedang merada puluhan kilometer dari rumah, tepatnya berada di kampung halaman, untuk menghabiskan weekend bersama anak-anak dan keluarga. Malam tadi anak-anak ngajakin jalan ke pusat belanja yang jaraknya beberapa kilometer dari rumah orang tuaku. Alasan si sulung karena bosan berdiam diri di rumah terus. Anak-anak sudah menentukan tujuannya sedangkan aku sendiri seperti biasa, paling malas kalau disuruh keluar rumah. Akhirnya berangkat juga kami sesuai request anak-anak.
Pusat belanja yang katanya terbesar di kotaku sebenarnya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan tempat-tempat belanja yang berada di sekitar rumah kami di Sidoarjo. Tapi lumayan juga item yang mereka jual. Ada pusat permainan dan pujasera juga. Jadi ketika mama belanja, anak-anak bisa menghabiskan waktu dengan bermain, sedangkan bapaknya bisa kongkow-kongkow di pujasera.
Aneka Compound Chocolate

Aneka Compound Chocolate

Saat anak-anak memilih cemilan kesukaan mereka, aku langsung menuju ke tempat bahan-bahan kue dan aneka loyang. Inilah yang di awal tulisan tadi kubilang syndrom yang aneh. Tiap kali ke toko, yang kutuju selalu dua hal itu; bahan-bahan kue dan aneka loyang. Just incase ada yang belum kumiliki di rumah. Untuk bahan kue, aku memang nyetok aneka bahan kue sehingga tiap kali aku ingin membuat kue apa saja, bahan-bahannya sudah tersedia di rumah. Loyang pun begitu, karena oven gas di rumah sekarang ukurannya lumayan besar, maka aku lebih bisa dengan leluasa mengalikan resepnya menjadi sekian resep dalam sekali pembuatan. Maka tak heran jika aku rajin mengoleksi aneka loyang.
Di pusat belanja yang kukunjungi tadi malam, aku menemukan compound chocolate aneka warna. Sebenarnya di rumah masih ada beberapa bungkus dengan warna pink, white dan dark chocolate dari merk Colatta. Tapi yang membuatku tertarik adalah warna orange. Aku udah ngebayangin untuk memadukannya dengan stok jeruk lemon di rumah dan menjadikannya sebuah brownies berwarna kuning dan bercita rasa lemon yang segar. Jarang-jarang kan ngelihat brownies berwarna kuning? Karena brownies coklat sudah terlalu mainstream deh hehehehe….
So ditunggu ya penampakan brownies lemonnya di blog ini.
***
Dian Widyaningtyas
For Fluffy Sensations
Sunday Afternoon, October 11th, 2015

Bolu Kukus

Siapa yang tidak mengenal bolu kukus? Tiap kali melihat bolu kukus, ingatanku selalu kembali ke masa kecilku. Waktu itu ibu sesekali memanggil tukang kue yang menawarkan dagangannya dengan berkeliling naik sepeda angin. Ya, ibu hanya sesekali saja memanggilnya dan membiarkan anak-anaknya memilih kue sesuka hati dan itu biasanya pas tanggal muda setelah ayah terima gaji, karena tukang kue tersebut menjual kue dengan harga yang relatif mahal bagi ayah yang waktu itu masih menjadi pegawai berpangkat rendah di sebuah kantor pemerintahan.

Penjualnya sudah tua, postur tubuhnya kecil dan kurus. Dagangannya ditaruh dalam kotak alumunium bercat warna hijau yang bentuknya mirip dandang klakat. “Sumber Rasa” itu yang tertulis di kotak dagangannya. tulisan tersebut berwarna kuning. Tiap kali ibu memanggilnya, aku dan adikku begitu girang dan tak sabar menunggu dia menghentikan sepedanya tepat di depan teras rumah kontrakan kami. Begitu penutup kotak dagangannya dibuka, wow !!! hati kami girang sekali melihat aneka kue yang baunya harum dan menggugah selera. Rasanya aku ingin mengambil semua jenis kue yang dia jual dan memindahkannya ke lemari makan ibu yang terbuat dari kayu jati itu. tapi tentu saja itu tak mungkin aku lakukan. Ibu pasti tidak bisa membayarnya jika kue-kue tersebut kuambil semua. Biasanya aku hanya mengambil lumpia dan bolu kukus. Aku suka sekali makan bolu kukus. Aku suka dengan warnanya yang putih tulang dan senyumnya yang merekah dengan dihiasi aneka warna. Biasanya aku memakannya dengan mencelupkan bolu kukus tersebut ke dalam teh hangat manis.

Ketika aku mulai menyukai dunia perbakingan, membuat bolu kukus dengan sukses adalah salah satu obsesiku. Kata orang bikin bolu kukus tuh gampang-gampang susah. Kelihatannya gampang, tapi kalau pas apes dan kena kutukan, maka bolu kukus tersebut cemberut nggak mau ketawa. Beberapa kali browsing mencari resep bolu kukus yang gampang, akhirnya ketemu resepnya di cookpad.

Resep Bolu Kukus

Bahan :

  • 2 butir telur ayam berukuran besar
  • 150 gram gula pasir
  • 1 sdt emulsifier
  • 1/4 sdt garam halus
  • 1/2 sdt vanili
  • 250 gram tepung terigu protein sedang
  • 200 ml air soda rasa lime

Cara :

  1. Panaskan steamer. Bungkus tutupnya dengan menggunakan serbet makan.
  2. Kocok gula, telur, emulsifier, vanili dan garam dengan menggunakan mixer berkecepatan tinggi.
  3. Masukkan tepung terigu dan air soda bergantian sambil terus dikocok dengan kecepatan tinggi hingga adonan mengembang dan kental.

    kocok sampai kental

    kocok sampai kental

  4. Ambil sedikit adonan untuk toping dan beri warna sesuai selera.

    tambahkan pewarna sesuai selera

    tambahkan pewarna sesuai selera

  5. Sendokkan adonan dengan menggunakan ice cream scoop dan masukkan ke dalam cetakan bolu kukus yang sudah dialasi cup paper. Tuang sedikit adonan yang berwarna dan aduk perlahan di perukaannya saja

    Adonan dalam cetakan

    Adonan dalam cetakan

  6. Masukkan ke dalam steamer. Kukus selama 10-15 menit sampai matang
    Bolu kukus yang sudah matang

    Bolu kukus yang sudah matang

    merekah sempurna

    merekah sempurna

    Cantiknya...

    Cantiknya…

    Percobaan kedua

    Percobaan kedua

    merekah juga dengan sempurna

    merekah juga dengan sempurna

    yummy !

    yummy !

Begitu test pertama alhamdulillah langsung sukses. Test berikutnya juga sukses merekah dengan sempurna. Akhirnya sekarang nggak tertarik untuk beli bolu kukus di luaran. Udah bisa bikin sendiri sih.

***

Dian Widyaningtyas 

For Fluffy Sensations

June 19th, 2015

Kue Lumpur Keju

Hai..hai…hai….jumpa lagi dengan aku, The Amateur Baker hehehe. Sebulan lebih kena virus males ngeblog. Semua blog terbengkelai begitu saja. Padahal banyak sih yang pengen ditulis, banyak yang pengen diceritain. Tapi entah kenapa tangan ini lagi males aja menari-nari diatas keyboard. Jadi kupikir ini bukan gejala writing block soalnya ide nulis ada, bahan tulisan tersedia, tapi ya itu…..males nulis.

Oke langsung aja ya. Kali ini aku pengen eksplore resep-resep tradisional. Hiii…..takut. Apa pasal coba? Resep tradisional tuh susah. Seingatku aku pernah cerita kalau aku beberapa kali gagal mengeksekusi resep tradisional. Makanya ada rasa penasaran plus takut yang collide jadi satu tiap kali lihat resep tradisional. Tapi kalau nurutin takut, kapan aku belajarnya coba? jadi skip dulu deh rasa takutnya. Tarik napas dalam-dalam….lepaskan perlahan. Bismillah, siap tempur deh. Jhiahahahaha…seperti mau perang aja he he he.

Kue Lumpur Keju

Kue Lumpur Keju

Resep Kue Lumpur Keju

Bahannya :

100 gram tepung kentang (Aku pake Knorr mashed potato)

100 gram tepung terigu protein sedang

100 gram gula kastor

100 gram margarin

2 butir telur dikocok

400 cc air panas

200 cc santan kental

3 gram garam halus

250 gram keju cheddar diparut

Cara bikinnya :

  1. Panaskan cetakan kue lumpur diatas kompor dengan menggunakan api kecil
  2. Campur tepung kentang, garam, margarin kedalam mangkok berukuran besar. Tuangkan air panas kedalam campuran tersebut. Aduk perlahan sampai rata.
  3. Masukkan telur yang sudah dikocok dan santan kedalam adonan tersebut. Aduk kembali.
  4. Masukkan tepung terigu dan gula sedikit demi sedikit ke dalam adonan sambil diaduk sampai semua bahan tercampur rata.

    Adonan yang sudah siap

    Adonan yang sudah siap

  5. Olesi sedikit mentega kedalam cetakan lumpur yang sudah mulai panas. Ratakan. Pengolesan mentega ini hanya sekali saja.
  6. Jika cetakan kue lumpur sudah cukup panas, masukkan adonan sampai setinggi 3/4 dari lobang cetakan. Aku biasanya menggunakan ice cream scoop agar ukuran kue lumpurnya sama.

    Adonan dalam cetakan

    Adonan dalam cetakan

  7. Taburi parutan keju diatasnya. Tutup cetakan, masak selama 5-10 menit tergantung efek gosong yang diinginkan.
  8. Cungkil perlahan kue lumpur yang sudah matang menggunakan sendok teh. Dinginkan.
    Kue Lumpur Keju batch pertama

    Kue Lumpur Keju batch pertama

    Kue Lumpur Keju batch kedua

    Kue Lumpur Keju batch kedua

    Kue Lumpur Keju siap dinikmati

    Kue Lumpur Keju siap dinikmati

     

Satu resep  diatas bisa menghasilkan 21 biji Kue Lumpur Keju (tiga kali masukin adonan ke cetakan). Gampang banget kan?! Tekstur Kue Lumpur Keju ini lebih ringan dan lembut. Well….terus terang aku excited banget dengan resep ini. So far sudah tiga kali bikin, dimana salah satunya aku tambahin sedikit durian, dan semua hasilnya memuaskan. Sepertinya resepnya anti gagal deh. Makanya aku excited banget bikinnya. Demi kepraktisan, aku sengaja tidak menggunakan kentang tumbuk. Yuk cobain ya.

***

Dian Widyningtyas for Fluffy Sensations

Always learning to be good baker …

May 19th, 2015